BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Keragaman budaya atau “cultural
diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya
di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam
konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana mereka tinggal tersebar dipulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami
wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian
hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga
berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat
di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak
saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
BAB II
KEBUDAYAAN
2.1.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang bersangkutan dengan budi
dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan
istilah culture. Dalam bahasa Belanda disebut cultuur.
Kedua bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah. Dengan demikian
culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan
yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional
menurut ''TAP MPR No II Tahun 1998'', yakni: Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa
Indonesia dan
merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat
dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna
pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan
demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
2.2.
KARAKTERISTIK BUDAYA
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum
yang melekat pada setiap budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada.
Adapun sifat itu adalah:
a. kebudayaan adalah milik bersama
b. kebudayaan merupakan hasil belajar
c. kebudayaan
didasarkan pada lambang
d. kebudayaan terintegrasi
e. kebudayaan dapat disesuaikan
f. kebudayaan selalu berubah
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif)
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan
cara-cara masyarakat bertindak atau berperilaku yang harus diikuti oleh semua
anggota masyarakat tersebut. Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:
a. Sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang
alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan
benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia serta ruang dan waktu.
b.
Sistem
nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup.
c. Kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha
untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah meninggal.
d. Persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau
kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan.
e. Pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih
secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal dari norma
agama, ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup individu.
f. Etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya
yang tampak dari luar.
2.3.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Melville J. Herskovits, unsur-unsur kebudayaan antara lain:
(1) Alat-alat teknologi; (2) Sistem ekonomi; (3) Keluarga dan (4) Kekuasaan
politik. Sementara menurut Bronislaw Malinowski, unsur-unsur kebudayaan
meliputi: (1) Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara anggota
masyarakat; (2) Organisasi ekonomi; (3) Alat-alat dan lembaga atau petugas
pendidikan seperti keluarga dan (4) Organisasi kekuatan (politik). Sedangkan,
Clyde Kluckhohn menyebutkan terdapat 7 unsur kebudayaan, yakni sebagai berikut:
1. Peralatan dan perlengkapan
hidup manusia
Peralatan dan perlengkapatan hidup berkaitan
dengan benda-benda yang dipakai manusia untuk memenuhi segala kebutuhan antara
lain:
·
Alat
produksi
·
Senjata
·
Wadah/
alat/ piranti
·
Makanan
dan minuman
· Pakaian dan perhiasan
· Tempat berlindung dan perumahan
· Alat transportasi
2. Mata pencaharian hidup dan
sistem-sistem ekonomi
·
Berburu
dan meramu
·
Beternak
·
Bertani
·
Menangkap
ikan
·
Berdagang
, dll.
3. Sistem
kemasyarakatan
a. Sistem kekerabatan
§ Keluarga ambilineal kecil (±25-30 orang)
§ Keluarga ambilineal besar (beberapa generasi yang
turun temurun dengan jumlah warganya mencapai ratusan orang)
§ Klen (clan) kecil (suatu bentuk kelompok
kekerabatan di mana satu dengan lainnya terikat melalui garis-garis keturunan
laki-laki/ perempuan saja)
§ Klen (clan) besar (semua keturunan seorang nenek
moyang baik laki-laki/ perempuan)
§ Fratri (kelompok-kelompok kekerabatan yang patrilineal/
matrilineal, sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen setempat
baik besar/ kecil)
§ Paroh masyarakat (moeity) (kelompok kekerabatan
gabungan klen seperti fratri tetapi selalu merupakan separoh dari suatu
masyarakat.
b. Organisasi sosial, bidang-bidangnya antara lain:
§ Pendidikan
§ Kesejahteraan sosial
§ Kesehatan
§ Keadilan
4. Bahasa
·
Fungsi
bahasa secara umum:
§ Alat berekspresi
§ Alat komunikasi
§ Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial
·
Fungsi
bahasa secara khusus:
§ Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari
(fungsi praktis)
§ Mewujudkan seni (fungsi artistik)
§ Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis)
§ Usaha mengekploitasi ilmu pengetahuan dan
teknologi
5. Kesenian (nilai keindahan/
estetika)
Ada 2 (dua) lapangan besar kesenian dilihat dari
sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia menikmati keindahan:
·
Seni
rupa (kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata (visual)
·
Seni
suara (kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga/ di dengar)
6. Sistem pengetahuan
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di
dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, logika
atau percobaan-percobaan. Sistem pengetahuan masyarakat secara umum
dikelompokkan atas:
·
Pengetahuan
tentang alam
·
Pengetahuan
tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan
·
Pengetahuan
tentang tubuh manusia
·
Pengetahuan
tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
·
Pengetahuan
tentang ruang dan waktu
7. Sistem kepercayaan (religi)
Sistem kepercayaan berkaitan dengan keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini yang mengatur segala
sesuatunya. Keyakinan ini kemudian diformulasikan dalam serangkaian tata nilai
atau norma, perilaku dan tata cara berhubungan dengan penguasa tertinggi.
2.4.
FAKTOR PENYEBAB KERAGAMAN BUDAYA
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di
lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial,
politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa yang berbeda, adat
istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya. Faktor penyebab keragaman
budaya di Indonesia antara lain:
1.
Keragaman
suku bangsa
Dari
ilmu antropologi diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Yunani, Cina Selatan. Antara tahun 3.000 – 500 SM Indonesia telah dihuni oleh
penduduk migran submongoloid dari Asia yang kemudian bercampur dengan penduduk
indigenous/ pribumi dan indo-arian dari Asia Selatan. Klasifikasi suku di
Indonesia menurut Van Vollenhoven yang membagi Indonesia ke dalam 19 daerah
suku bangsa, yaitu:
1.
Aceh
2.
Gayo-alas
dan Batak
3.
Nias
dan Batu
4.
Minangkabau
5.
Mentawai
6.
Sumatra
Selatan
7.
Melayu
8.
Bangka
dan Belitung
9.
Kalimantan
10. Minahasa
11. Sangir-Talaud
12. Gorontalo
13. Toraja
14. Sulawesi
Selatan
15. Ternate
16. Ambon
17. Kepulauan
Barat Daya
18. Irian
19. Timor
20. Bali
dan Lombok
21. Tengah dan Jawa Timur
22. Surakarta
dan Yogyakarta
23. Jawa
Barat
2. Keragaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf membagi rumpun bahasa ini ke dalam
sub rumpun:
1.
Bahasa-bahasa Austronesia Barat atau
Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) yang
meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu
Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak,
Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
§ Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi:
bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.
2.
Bahasa-bahasa
Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai
Timur Irian). Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau
hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat
sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
§ Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan
Mokronesia)
3. Keragaman Kepercayaan
Indonesia memiliki keragaman agama atau
kepercayaan. Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui secara resmi oleh
negara yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Selain itu
berkembang pula kepercayaan-kepercayaan lain di massyarakat.
4. Keragaman seni dan budaya
Suku bangsa yang beragam di Indonesia tentu
menghasilkan kebudayaan yang beragam pula. Salah satu wujud itu adalah
kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa dan
sebagainya.
Suku bangsa di Indonesia juga mempunyai hasil
karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang dihasilkan oleh seniman-seniman
dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni
pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain. Benda-benda karya seni
yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung Asmat dan
patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan lain-lain.
2.5.
WUJUD KEBUDAYAAN DAERAH
Nuwo Sesat, rumah adat Lampung
Berikut adalah daftar rumah
adat di Indonesia:
·
Aceh:
o
Uma (Mentawai)
·
Riau:
o
Joglo (JawaTengah dan Jawa Timur)
o
Tanean Lanjhang (Madura)
·
Bali:
o
Rumah Dalam Loka Samawa (Lombok)
o
Bola Soba (Bugis Bone)
o
Balla Lompoa (Makassar Gowa)
o
Laikas
·
Maluku:
o
Balieu (dari bahasa Portugis)
·
Maluku Utara:
o
Sasadu
·
Papua:
o
Honai
·
Papua Barat:
o
Kambik (suku Moi)
o
Rumsram (Biak)
o
Jew (Asmat)
o
Harit (Maybrat-Teminabuan)
o
Kun (suku-suku sekitar DAS Mamberamo-Sarmi)
2.
Pakaian
Adat
Ulos yang dipakai penari Sigale gale
Berikut adalah daftar
pakaian adat di Indonesia:
·
Aceh:
·
Sumatera Barat (Minang):
o
Marapule
o
Songket
·
Lampung:
·
Jakarta
o
Kebaya Encim/Hwa Kun dan Kembang Goyang
·
Jawa:
o
Wuyang
·
Sulawesi Tengah (Toraja)
·
Sulawesi Selatan (Bugis/Makassar):
3.
Tarian
Setiap suku bangsa di
Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian
asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh
pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Untuk keperluan
penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai
kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga
era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat
terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat
kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok;
tari tradisional dan tari kontemporer.
4.
Lagu
Lagu daerah atau musik
daerah atau lagu kedaerahan adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun
rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi
alias noname.
Lagu kedaerahan mirip
dengan lagu
kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat kedaerahan saja. Lagu kedaerahan
biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali dari Jawa
Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.
Selain lagu daerah,
Indonesia juga memiliki beberapa lagu nasional atau lagu patriotik yang
dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para pejuang pada masa perang
kemerdekaan.
Perbedaan antara lagu
kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan ditetapkan secara
resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu kebangsaan biasanya
merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah yang menjadi ciri
khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan
oleh Wage Rudolf Soepratman.
5.
Musik
Identitas musik Indonesia
mulai terbentuk ketika budaya Zaman
Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada
abad ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya
menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit
dan berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau
Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali.
Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh
dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri. Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang
diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari dalah gamelan, angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut.
6.
Seni
Suara
7.
Seni
Sastra
Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang
melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama
dalam cakupan geografi dan sejarah politik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri
dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas
dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat
juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa
negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
8.
Makanan
Contoh hidangan Indonesia khas Sunda
Masakan Indonesia merupakan
pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal dari kepulauan
Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang
tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh
masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu
kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula
aren dengan diikuti penggunaan
teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula
pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu
bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada,
keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan
Indonesia serta pengaruh asing.
9.
Film
Poster film Loetoeng Kasaroeng tahun 1926.
Era awal perfilman Indonesia
ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu.
Film pertama yang dibuat
pertama kalinya di Indonesia adalah film
bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng
Kasaroeng dan dibuat oleh
sutradara Belanda G.
Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan
dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung
oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember 1926 di teater Elite and Majestic Bandung.
Perfilman Indonesia sendiri
memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada
tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang
terkenal pada saat itu antara lain: Catatan
si Boy, Blok M dan masih banyak film lain.
Selain film-film komersil,
juga ada banyak film-film nonkomersil yang berhasil memenangkan
penghargaan di mana-mana. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.
2.6.
MANFAAT KERAGAMAN BUDAYA
Keragaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang
bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya
perbedaharaan istilah dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, dalam bidang
pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan
pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul
dari sumber daya manusia di masing-masing daerah dapat pula dijadikan acuan
bagi pembangunan nasional.
2.7.
MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KERAGAMAN BUDAYA
Mengatur dan mengurus sejumlah orang yang meiliki kesamaan ciri-ciri,
kehendak, dan adat istiadatnya tentunya lebih mudah daripada mengurus sejumlah
orang yang semuanya berbeda-beda mengenai hal-hal tersebut. Gagasan yang
menarik untuk diangkat mengatasi/ mengikis kesalahpahaman dan membangun benteng
saling pengertian adalah dengan multikulturalisme dan sikap toleransi serta
empati.
1) Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas
keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan
masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut.
Didalam multikulturalisme masyarakat diminta
untuk melihat dan menyikapi perbedaan, multikulturalisme juga mengajak
masyarakat untuk melihat keragaman budaya dalam kacamata kesederajatan
maksudnya tidak ada budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Didalam
multikulturalisme juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu komunitas
suku bangsa tertentu karena hal itu akan menjadi benih perpecahan dan konflik.
Semua suku bangsa harus diperlakukan sama dan dilibatkan dalam berbagai aspek
kebangsaan baik sosial, politik, hukum, maupun pertahanan dan keamanan. Hanya
dengan cara demikian seluruh potensi suku bangsa akan bahu-membahu membangun
perdapan bangsanya yang lebih baik.
2) Toleransi dan empati
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima
dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah sikap
yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap toleran
dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat
yang majemuk seperti di Indonesia. Cara pikir seperti ini akan membawa kita
pada sikap dan tindakan untuk tidak memperuncing perbedaan, tetapi mencari
nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan.
2.8.
DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING DAN HUBUNGAN
ANTARBUDAYA
·
Dampak positif
o Adanya alih teknologi
o Kemudahan untuk mendapatkan informasi
o Kebiasaan berkompetisi
·
Dampak negatif
o Sikap individualistis
o Mengabaikan nilai-nilai kekeluargaan
o Konsumerisme terhadap produk-produk luar negeri
·
Hubungan antarbudaya
o Akulturasi
Akulturasi dapat terjadi apabila dua kebudayaan
yang bertemu kemudian berpadu dan menghasilkan suatu kebudayaan baru, namun
tidak menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli.
Contohnya: bangunan masjid Demak yang merupakan
hasil akulturasi budaya Jawa dengan budaya Islam.
o Asimilasi
Serupa dengan akulturasi, asimilasi merupakan
perpaduan dua budaya yang menghasilkan kebudayaan baru. Yang membedakan adalah
pada asimilasi, budaya setempat/ asli biasanya perlahan-lahan hilang dan
digantikan dengan budaya baru yang timbul.
Contohnya: gaya berpakaian wanita Indonesia yang
tadinya berbusana tradisional tergantikan dengan pakaian modern pengaruh dari
Barat.
o Sintesis
Sintesis bisa terjadi apabila hasil perpaduan dua
kebudayaan malah menghasilkan satu kebudayaan baru yang berbeda dengan dua
budaya sebelumnya.
Contohnya: musik rock n roll yang dihasilkan dari
perpaduan musik blues dengan musik country.
o Penetrasi
Penetrasi adalah masuknya suatu kebudayaan dengan
cara paksa atau kekerasan. Biasanya ini berkaitan erat dengan kolonialisme.
Negara penjajah memasukkan budaya mereka pada negara jajahan dengan cara paksa.
Contohnya: pada zaman tanam paksa, masyarakat
Indonesia dipaksa menanam komoditas yang laku di pasarana Eropa walau mereka
tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan hal itu.
2.9.
CARA MENGATASI DAMPAK DARI KERAGAMAN BUDAYA DI
INDONESIA
1. Terus menerus sikap mental yang berpartisipasi
terhadap pembangunan.
2. Mengembangkan Budaya daerah yang luhur dalam
rangka membentuk budaya.
3. Memeratakan pendidikan dan pengajaran keseluruhan
wilayah Indonesia.
2.10. INTEGRASI
NASIONAL
Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh
atau bulat. Integrasi bisa terjadi secara horisontal dengan pihak yang
sederajat, ataupun secara vertikal. Pendapat para ahli mengenai integrasi
nasional:
1.
Higgins
Memahami integrasi nasional
dengan melihat proses penyatuan kelompok budaya dan sosial pada satu kesatuan
wilayah dan identitas nasional.
2.
Dr.
Nazaruddin Sjamsuddin
Proses penyatuan suatu bangsa
yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
3.
J.
Soedjati Djiwandono
Cara bagaimana kelestarian persatuan
nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri.
Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak, persatuan
nasional akan dibahayakan.
Faktor-faktor
yang memengaruhi integrasi nasional:
1.
Homogenitas
kelompok
Pada kelompok yang kecil biasanya tingkat
kemajemukannya juga relatif kecil, sehingga akan mempercepat proses integrasi
nasional.
2.
Mobilitas
geografis
Faktor geografis memengaruhi efektifitas dan
efesiensi komunikasi. Komunikasi yang berlangsung di dalam masyarakat akan
mempercepat integrasi nasional.
Kata kunci dalam mencapai integrasi nasional
adalah dengan menjaga keselarasan antarbudaya.
Peranan
pemerintah:
1.
Pemerintah
harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat mengakomodasikan
aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
2.
Kemampuan
desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda otonomi daerah.
3.
Keterbukaan
dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan kewajiban warga negara.
Peranan
masyarakat:
1.
Meminimalkan
perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh
setiap budaya daerah.
2.
Meminimalkan
setiap potensi konflik yang ada.
2.11.
CONTOH KEBUDAYAAN LOKAL (SUKU BETAWI)
Suku Betawi terdiri dari
beberapa etnis yang bergabung dalam satu daerah sehingga membentuk kebudayaan
sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin
antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku
sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan
bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang
atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis
ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu
hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu
dan Tionghoa. Dengan semakin beragamnya etnis di Betawi, maka setiap etnis
biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan
petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi
warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa. Kemudian etnis
Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor.
Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab.
Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari
Portugis. Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal
adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang
Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama.
1.
Sistem Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara
suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah
keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16,
Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk
komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada
dan menetap di daerah Kampung
Tugu, Jakarta Utara.
2. Sistem
Kekarabatan
Betawi adalah suku yang multi-kultural. Termasuk budaya islam yang
amat kuat melandaskan kebudayaan melayu dan betawi. Diketahui pula bahwa islam
mengangut sistem kekerabatannya adalah bilineal atau menarik garis keturunan
kepada pihak ayah dan pihak ibu. Saat melangsungkan adat pernikahan sekalipun
tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak, akan menetap secara patriarki
atau matriarki. Meskipun secara umum masyarakat Betawi menyepakati sistem yang
patriarki. Sistem kekerabatan patriarki yaitu menghitung hubungan kekerabatan
melalui garis keturunan laki-laki saja. Karena itu mengakibatkan tiap-tiap
individu dalam masyarakat memasukan semua kaum kerabat ayah dalam hubungan
kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibu diluar garis hubungan
kekerabatannya.
3. Sistem Pernikahan
Tahapan
dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Betawi
1. Ngedelengin
1. Ngedelengin
Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang) biasanya melalui tingkat
pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui oleh orangtua
kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak
mengetahui anaknya sedang pacaran.
Sistem pernikahan
pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa
mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh,
baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendiri.
Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas
dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa betawi terjadi dengan
orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak
sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya
pernikahan tersebut.
Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.
Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.
Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.
Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.
Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka
sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat.
Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda. Di sinilah ajang tempat
bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa
dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.
Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.
Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.
2. Nglamar
Bagi orang Betawi,
ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki
(calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak
keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban
persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat melamar itu,
ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus
sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini
adalah:
1. Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.
3.
Bawa tande putus
Tanda putus bisa berupa
apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawi memberikan bentuk cincin
belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu
telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun
pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:
1. apa cingkrem (mahar)
yang diminta
2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
4. pelangke atau
pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
5. berapa lama pesta
dilaksanakan
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.
4.
Akad Nikah
Sebelum diadakan akad
nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah
yang terdiri dari:
1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang
rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan
memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
2.
Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan
sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai
wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada
masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu
agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
3.
Acara
tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk
membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi
itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan
rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit
sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan
wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
4.
Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi
potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang
diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai
memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Setelah rangkaian
tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini,
calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa
rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan
keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau
delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan
petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang yang dibawa pada akad nikah
tersebut antara lain:
1. sirih nanas lamaran
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa.
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa.
Pada prosesi ini
mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita.
Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam
upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi
dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan
silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua
itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk
menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
5. Acare Negor
Sehari setelah akad
nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten. Meskipun
nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya
suami-istri. None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin.
Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan
jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan
baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
6.
Pulang Tige Ari
Acara ini berlangsung
setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di
antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda
kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis
yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan
bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.
Adat
Menetap setelah Menikah
Dalam masyarakat dan
kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin baru itu
harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka
akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola
menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola
menetap yamg matrilokal atau unorilokal dewasa ini.
4. Sistem
Mata Pencaharian
Di Jakarta, orang Betawi sekarang
sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era pembangunan orde baru,
terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka
masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak
dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan
secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi,
K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum
betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan
adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak
sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal
Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak
warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan
pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi
pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran
Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno
menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk
"terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno
yang kita kenal sekarang ini. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku
Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda,
Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara
pandang etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
5. Sistem
Bahasa
Sifat campur-aduk dalam dialek
Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil
perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain
di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa
suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai
suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang
berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh
kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis
Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan
bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai
bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad
ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis
yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata
turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai
yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran,
Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah
menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai
dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini
disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. Meskipun bahasa formal yang
digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa
percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri
terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi
pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap
sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota
Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar,
Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di
Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan,
Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga
Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani
dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan
Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra
dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa''
(mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan
Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati
dalam cara baca mengaji Al Quran.
6. Sistem
Seni dan Kebudayaan
Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi
dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan
dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11
masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya
antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal
dengan istilah Mestizo . Sejak zaman dahulu,
wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan
"Kalapa" (Sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari
dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan
Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian
dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan
Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara
lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi
juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak
tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke
wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya
lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi,
didirikanlah cagar
budaya di Situ Babakan.
a.
Musik
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi
memiliki seni Gambang
Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti
"Kicir-kicir".
·
Gambang Kromong
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari
kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik
yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan,
Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong,
kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang
pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok
grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik
Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang
baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya lagu-lagu yang
dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam
ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur
klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan
Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak
keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris
"Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan
sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang
kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada
di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan
musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H.
Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.
b.
Seni
Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara
unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng
Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di
Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum
penari khas pemain Opera
Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling
dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi
yang dinamis.
· Tari Topeng Betawi
Tarian betawi yang cukup
lama dikenal masyarakat adalah Tari Topeng Betawi. Dalam Tari Topeng Betawi,
Anda dapat melihat tiga unsur seni sekaligus. Yaitu tari, teater dan musik.
Musik pengiring Tari Topeng Betawi banyak sekali. Topeng Betawi tumbuh dan berkembang
di pinggir-pinggir Jakarta. Biasanya digelar saat ada pernikahan, acara sunatan
dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan
bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan.
Sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.
· Tari
Lenggang Nyai
Adalah Wiwik Widiastuti
yang mengembangkan Tarian Lenggang Nyai ini. Atau lebih dikenal masyarakat
dengan sebutan Tari Lenggang Betawi. Wiwik sendiri bukan orang Betawi asli, ia
adalah orang Yogyakarta. Namun kecintaannya kepada budaya dan tarian betawi, membuat
Wiwik menciptakan kreasi Tari Lenggang Betawi ini. Dalam tarian ini dapat
melihat ada unsur tanjidor dan tari topeng yang kental sekali. Tarian Betawi
Lenggang Nyai ini bercerita tentang Nyai Dasima yang berhasil membebaskan diri
dari pemaksaan. Nyai Dasima pun mampu menentukan arah dan pilihan hidupnya.
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
· Tari Japin
Tari Japin sebenarnya
adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z dengan huruf J membuat
nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin. Tarian ini sudah
tersebar dimana-mana. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari budaya Arab.Yang
membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya adalah musik
pengiringnya. Tari Japin menggunakan musik-musik lagu betawi seperti gambus.
Tari Zapin ditarikan secara melompat-lompat sambil memukul sebuah kendang
rebana kecil. Memukulnya pun serentak dengan gerakan yang menghentak. Melihat
tarian betawi ini memberikan nuansa riang. Tari Japin Betawi biasanya
berpasang-pasangan antara perempuan dan lelaki.
·
Tari Cokek Betawi
Tarian
betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa
yang kaya raya. Dulu mereka merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong.
Tarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan sering ditampilkan
dalam acara-acara yang diadakan oleh Tuan Tanah. Oleh karena itu, tarian dan
pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol.
c.
Drama
Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan
kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan
lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan
penonton.
d.
Cerita
Rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain
cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang
mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang
dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia
persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.
cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya. Ceria lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
e.
Senjata
Tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang
bersarungkan terbuat dari kayu.
f. Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya.
g.
Makanan
Jakarta memiliki beragam
masakan khas sebagai kekayaan kuliner Indonesia. Sebagai kota metropolitan
Jakarta banyak menyediakan makanan khas. Salah satu ciri dari makanan khas
Jakarta adalah memiliki rasa yang gurih. Makanan-makanan khas dari Betawi /
Jakarta di antaranya adalah: Masakan khas Betawi: gabus pucung, sayur babanci, sayur godog, soto betawi, ayam sampyok, asinan betawi dll. Kue-kue khas Betawi: kue cucur, kue rangi, kue talam, kue kelen, kue kembang goyang, kerak telor, sengkulun, putu mayang, andepite, kue
ape, kue cente manis, kue pepe, kue dongkal, kue geplak, dodol betawi, roti buaya dll. Minuman Khas Betawi: es selendang mayang, es goyang, bir
pletok dll.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai
perbedaan, tetapi hendaknya dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita
selaku bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan
kebudayaan yang beraneka ragam tersebut. Di samping itu, dengan mendalami
kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita akan bertambah sehingga
kita tidak akan menjadi bangsa yang kurang akan ilmu pengetahuan mengenai
kebudayaan bangsa sendiri. Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu
menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan
tersebut.
3.2
SARAN
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan
kita yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang
datang dari luar. Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa
kesadaran yang tinggi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka
pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan,
karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Untuk
menyikapi keberagaman yang ada kita harus saling menghormati antara satu dengan
yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada perpecahan di antara kita semua.
nice share gan, keren artikelnya,, bagusss
BalasHapusAgen Kain Tenun